Mahasiswa STAI Nurul Hidayah Deklarasi Sikap Tuntut Keadilan dan Bela Rakyat

SELATPANJANG, lexario.biz — Mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Nurul Hidayah Selatpanjang menggelar deklarasi pernyataan sikap dan doa bersama untuk bangsa, Sabtu (6/9/2025). Kegiatan yang berlangsung di lingkungan kampus ini dihadiri oleh Ketua dan Wakil Ketua Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA), perwakilan Senat Mahasiswa (SEMA), serta puluhan mahasiswa lainnya.

Ketua DEMA STAI Nurul Hidayah, M. Syubhi, dalam sambutannya menyampaikan keprihatinan atas kondisi bangsa pasca peringatan HUT ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia. Ia menyoroti kebijakan DPR RI yang dinilai tidak berpihak kepada rakyat, khususnya terkait kenaikan tunjangan anggota dewan di tengah situasi ekonomi masyarakat yang sulit.

“Hati nurani mahasiswa dari seluruh Indonesia tergerak untuk menyuarakan aspirasi. Kami hadir sebagai representasi dari rakyat kecil yang menolak kebijakan tidak adil,” ungkap Syubhi.

Ia juga menyesalkan jatuhnya korban jiwa dan luka dalam gelombang unjuk rasa yang terjadi belakangan ini di berbagai daerah. Syubhi menegaskan bahwa mahasiswa menolak segala bentuk kekerasan dan tindakan anarkis yang mencederai nilai-nilai demokrasi.

Lima Pernyataan Sikap Mahasiswa

Dalam kegiatan tersebut, mahasiswa STAI Nurul Hidayah membacakan lima poin pernyataan sikap:

1. Mendukung gerakan mahasiswa di seluruh Indonesia dalam menyuarakan aspirasi demi kemajuan bangsa.
2. Menolak dan mengecam tindakan anarkis, penjarahan, dan kekerasan terhadap aktivis maupun peserta aksi demonstrasi.
3. Meminta Kapolri membebaskan para aktivis yang ditangkap saat menyampaikan aspirasi, karena hal tersebut dijamin dalam UUD 1945 Pasal 28E Ayat (3).
4. Mendorong DPRD Kabupaten Kepulauan Meranti untuk meningkatkan kinerja yang dinilai belum maksimal dalam melayani masyarakat.
5. Meminta kepala daerah Meranti terbuka terhadap kritik dan masukan, terutama terkait isu infrastruktur, pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan masyarakat.

“Kami berharap suara hati mahasiswa ini bisa menjadi perhatian serius para pemangku kebijakan demi terciptanya keadilan dan kesejahteraan,” tutup Syubhi.

Surat Terbuka untuk Presiden Prabowo Subianto

Dalam kesempatan yang sama, Wakil Ketua DEMA STAI Nurul Hidayah, Amrizal, membacakan surat terbuka yang ditujukan kepada Presiden Prabowo Subianto. Surat tersebut menyoroti situasi nasional pasca unjuk rasa yang terjadi sejak 25 Agustus 2025, termasuk kekerasan aparat dan penangkapan aktivis.

Amrizal menyampaikan bahwa kebijakan tunjangan baru bagi anggota DPR RI, seperti tunjangan perumahan, sangat melukai hati rakyat. Ia juga mengkritisi perintah Presiden yang meminta aparat bertindak tegas terhadap pendemo yang dianggap anarkis.

“Kami sebagai mahasiswa merasa ruang dialog sangat sempit. Kami hanya ingin menyuarakan cinta terhadap negeri ini, bukan menjadi musuh negara,” ujarnya.

Mahasiswa juga meminta agar pemerintah menghentikan kekerasan terhadap pendemo, membatalkan tunjangan DPR yang dianggap berlebihan, serta meningkatkan kesejahteraan guru.

“Kami percaya Presiden Prabowo Subianto adalah pemimpin yang berjiwa besar. Kami berharap aspirasi kami ini didengar dan dijadikan pertimbangan dalam mengambil kebijakan,” tutup Amrizal.

Acara ditutup dengan doa bersama untuk keselamatan dan kemajuan bangsa Indonesia.